Ilustrasi ancaman bahaya peretasan di dunia maya. Foto : Geralt/Pixabay.Com |
NEUMEDIA.ID – Isu serangan tak kasat mata di dunia maya kembali
menghebohkan publik. Yang terbaru, tentang dugaan masuknya alat peretas asal
Israel ke Indonesia, yakni Pegasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pegasus merupakan spyware atau alat
telik sandi yang inerjanya disebut tidak mudah terdeteksi. Juga diklaim efektif
mengakes data ke sejumlah device tanpa diketahui pemiliknya.
Hasil liputan investigasi Tim Konsorsium
Indonesialeaks menyatakan bahwa Pegasus terindikasi masuk melalui Bandara
Soekarno – Hatta pada 15 Desember 2020. Ini dengan paket kiriman berisi dua
perangkat keras milik Q
Cyber Technologies Sarl yang diberi label Cisco Reuters dan Dell Server.
Perangkat keras itu dikirim oleh perusahaan yang merupakan induk
dari NSO Group, produsen spyware asal Israel. Pengirimannya diketahui dari
Jepang. Lantas transit di Bandara Heathrow, Inggris sebelum tiba di Bandara
Soekarno – Hatta.
Awalnya,
petugas bandara sempat curiga dengan paket berkode HS 8471.50 itu. Segel pun
dibuka untuk memeriksa fisik dan dokumennya. Adapun hasil pengecekan itu
dinyatakan tidak adanya kejanggalan dalam importasi barang tersebut.
Perangkat
dari Q Cyber Technologies Sarl langsung dikirim ke PT Mandala Wangi Kreasindo
selaku penerima paket. Adapun alamatnya di Jalan Jenderal Sudirman Kavling
52-52 Pacific Place, Jakarta.
Berdasaran
dokumen Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
PT Mandala Wangi Kreasindo berdiri sejak 19 Desember 2011. Salah satu bidang
garapan perusahaan itu adalah penyediaan alat teknologi dan komunikasi dengan
alamat di Jalan Antara Nomor 13. Namun, perseroan ini berpindah ke Pacific Mall
pada 20 Oktober 2020.
Terlepas
dari hal itu, produk NSO Pegasus disebut sudah masuk ke Indonesia sebelum
pemilihan presiden pada tahun 2019. Proses distribusinya melalui jalur laut
maupun udara. Untuk memuluskannya, alat yang didatangkan kerapkali disamarkan.
Teknisnya
seperti membawa laptop yang didalamnya sudah terpasang Software Pegagus.
Membawa flashdisk dan chip yang
kemudian diinstal di Indonesia. Juga, melalui perusahaan Dell lataran dapat
menyesuaikan kebutuhan kliennya. Modifikasi alat komputer maupun perangkat
dapat menyesuaikan permintaan klien.
Karena
keberadaan Pegasus, dua tokoh politik nasional disebut menjadi target abuse serangan tak kasat mata ini.
Mereka adalah Prabowo Subianto dan Airlangga Hartanto.
Juru bicara
Airlangga Hartarto, Alia Karenina menyatakan tidak mengetahui handphone yang
menjadi target, sebab telepon yang dipakai Airlangga ada banyak. “Kami
tidak tahu HP yang mana yang kena. Kami belum melakukan pemeriksaan,”
katanya dikutip Neumedia.id, Selasa, 13 Juni 2023.
Peneliti
Citizenlab asal Indonesia, Irene Poetranto menduga sistem Pegasus sudah
dipergunakan secara luas di Asia Tenggara. “Ada ribuan korban di seluruh dunia.
Termasuk Indonesia,” ujarnya.
Menurut Irene,
tidak kurang dari 37 telepon seluler berhasil terkonfirmasi terserang Pegasus.
Lokasi domisilinya seperti di Mexico, Hungaria, Uni Emirat Arab, dan Thailand.
Penyadapan itu diyakini ilegal lantaran menyasar para aktivis, jurnalis,
eksekuif perusahaan, hingga diplomat pemerintah.
Dalam laporannya,
Citizenlab menyebutkan Pegasus menyerang target dengan menanamkan sejenis malware ke dalam telepon seluler
seseorang. Dari situ, operator penyadapan dapat mengetahui seluruh data, mulai
dari percakapan, media sosial, email, foto maupun video yang tersimpan.
Alat ini juga bisa
mengendalian kamera, mikrofon, dan mengaktifkan lokasi teleon tanpa diketahui
pengguna alias zero-click.
Salah satu
kejadian yang disebut dampak dari Pegasus adalah pembunuhan seorang jurnalis,
Jamal Khashoggi. Peristiwa itu terjadi saat dia menyambangi gedung konsulat
Arab Saudi pada 2 Oktober 2018. Sebelum pembunuhan, pihak penyadap mengetahui
keberadaan Khashoggi dari malware yang tertanam di ponselnya. (**/ofi)
Sumber : Diolah
dari hasil liputan oleh Konsorsium
IndonesiaLeaks yang terdiri dari Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co,
Jaring.id, Suara.com, Independen.id, dan Bisnis.com bersama Organized Crime and
Corruption Reporting Project (OCCRP), dan Forbidden Stories