MADIUN, NEUMEDIA.ID – Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun, Nur Arif Indrokaryoto, meninjau langsung kondisi SDN Bukur 02, Kecamatan Jiwan, yang mengalami kerusakan pada atap ruang kelas 6 akibat tertimpa pohon. Kerusakan tersebut tergolong sedang, dengan estimasi perbaikan membutuhkan sekitar 35 meter genteng dan perbaikan pada bagian reng atap.
“Kerusakannya sedang, genteng sekitar 35 meter dan reng atapnya yang paling parah. Usuknya masih bisa digunakan, karena hanya lepas pangku saja,” ujar Arif saat di lokasi, Selasa (6/5/2025).
Arif menjelaskan, idealnya diperlukan pembangunan ruang kelas baru. Namun, kondisi lahan yang terbatas menjadi kendala. “Sebenarnya ini butuh ruang kelas baru, tapi lahannya terbatas. Kalau pun dibangun lagi, mungkin harus bertingkat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain keterbatasan lahan, status aset tanah juga menjadi penghambat. Arif menyebutkan bahwa lahan SDN Bukur 02 masih berstatus hak pakai milik desa, bukan pemerintah daerah. Hal ini membuat Dinas Pendidikan tidak bisa melakukan pembangunan atau rehabilitasi besar.
“Kalau mau rehab atau pembangunan, status tanahnya harus menjadi hak pakai milik pemerintah daerah. Karena sekarang masih milik desa, jadi belum bisa kami prioritaskan,” tegasnya.
Meski begitu, Arif memastikan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti kerusakan akibat bencana tersebut dengan berkoordinasi bersama BPBD dan membuat laporan kerusakan. Ia juga menyebutkan bahwa secara keseluruhan, terdapat lebih dari 400 ruang kelas di Kabupaten Madiun yang mengalami kerusakan sedang dan 385 lainnya dalam kondisi rusak berat.
“Kerusakan terbanyak memang di bagian atap, karena konstruksi yang sudah tua atau akibat rayap. Tahun ini, kami hanya bisa merehabilitasi 15 sekolah karena keterbatasan anggaran,” tambah Arif.
Terkait potensi regrouping sekolah, Arif menyebutkan bahwa Dinas Pendidikan sedang melakukan pendataan terhadap sekolah-sekolah yang memungkinkan untuk digabung, terutama yang satu lokasi atau berdekatan. Tujuannya adalah efisiensi serta mengurangi risiko kerusakan yang lebih parah.
“Ini masih dalam tahap pendataan. Kami akan berkoordinasi dengan pengawas untuk menentukan sekolah mana yang memungkinkan dilakukan regrouping,” tutupnya. (ant/ofi)