Harga GKP di Madiun Lebih Rendah Dibandingkan Rata-Rata Nasional, Karena Tengkulak?

- Editorial Team

Senin, 18 Maret 2024 - 09:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah penjual jasa pemanen padi sedang menjalankan aktivitasnya di lahan pertanian milik petani di wilayah Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Kamis (29/2/2024). Foto: Neumedia.id/Nofika D.Nugroho

Sejumlah penjual jasa pemanen padi sedang menjalankan aktivitasnya di lahan pertanian milik petani di wilayah Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Kamis (29/2/2024). Foto: Neumedia.id/Nofika D.Nugroho

MADIUN, NEUMEDIA.ID – Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani terus merosot selama sebulan terakhir. Badan Pangan Nasional/National Foof Agency (NFA) penurunan harga secara bertahap ini karena telah memasuki musim panen raya padi.

Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo mengatakan bahwa harga rata-rata nasional komoditas itu mencapai Rp 6.820 per kilogram sejak sepekan terakhir.

Namun, di wilayah Kabupaten Madiun harga GKP berada di bawah rata-rata nasional tersebut. Purnomo, salah seorang petani di Kecamatan Sawahan mengatakan bahwa harga GKP hanya Rp 6.200 per kilogram. Harga itu berlaku sejak dua pekan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baca Juga : Harga Gabah Petani Turun, Tapi Beras Masih Melambung

Perbedaan harga rata-rata nasional dengan kondisi di lapangan dinilai karena adanya ‘permainan’ oleh pihak-pihak tertentu. Apalagi, semakin menjamurnya tengkulak yang ‘menjamah’ sawah di wilayah Madiun.

Salah satu kerja tengkulak itu dengan memberikan jasa panen sistem tebasan (cara penjualan suatu produk pertanian saat siap atau sebelum dipanen).

Dalam sistem ini, petani pemilik lahan tidak terlibat dalam pemanenan padi. Sebab, setiap proses pemanenan mulai dari pembabaran tanaman hingga perontokan bulir padi dijalankan oleh mesin yang biasa disebut dos atau kombi (Combine Harvester).

Lantas, gabah hasil panen tersebut langsung diangkut dengan truk menuju sejumlah daerah lain. “Biasanya, kalau gabah dari sini (bagian timur Kabupaten Madiun) dibawa ke Nganjuk dan Kediri,” ujar Purnomo, akhir pekan lalu.

Baca Juga : Timbul Tenggelam Beras Program SPHP di Pasaran Madiun

Danang Sudarmanto, salah seorang petani di Desa Kebonagung, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun merasa terbantu dengan jasa panen padi yang ditawarkan tengkulak. Sebab, dia tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk panen secara manual.

“Kalau dipanen sendiri, masih harus mengeluarkan biaya panen, seperti ngarit pari, gepyok, ngusung gabah. Saya hitung-hitung, biayanya lebih murah ditebas berdiri (antara petani dan tengkulak sepakat jual beli saat tanaman padi masih tegak berdiri),” jelas dia.

Wahyu Edi, pengusaha penggilingan padi di Desa Wonorejo, Mejayan mengatakan bahwa kemunculan jasa panen secara tebasan itu memunculkan tantangan tersendiri bagi pihaknya. Maka, ia menilai pemanenan sendiri oleh petani sebenarnya hasilnya justru lebih tinggi dibandingkan dilakukan tengkulak.

Hanya saja, para tengkulak memberikan iming-iming memberikan paket harga untuk seluruh pekerjaan panen padi. “Di sinilah, menurut saya petani ‘dimanfaatkan’ tengkulak. Mereka lebih senang dengan model pembelian sistem borong, karena segera membutuhkan uang untuk mulai persiapan musim tanam lagi,” jelas Wahyu. (ofi)

Facebook Comments Box

Editor : Nofika D. Nugroho

Sumber Berita : Berbagai sumber dan reportase neumedia.id

Berita Terkait

Harga Tomat Anjlok, Pemkab Madiun Siapkan Skema Serapan Panen Petani Kare
Inovasi Tiada Henti, Perumdam Tirta Dharma Purabaya Kabupaten Madiun Perkuat Layanan dan Produk Yoiki
KAI Daop 7 Madiun Rayakan Hari Batik Nasional dengan Fashion Show di Kereta dan Stasiun
Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun Tolak Permohonan Ganti Kelamin 
KAI Daop 7 Madiun Salurkan Bantuan TJSL Rp227 Juta untuk Pesantren dan Panti Asuhan
Puncak Peringatan HUT ke 80 KAI, Daop 7 Madiun Beri Kejutan untuk Pelanggan
Gubernur Khofifah Borong Tomat Rp4.000/Kg, Imbau Kepala Daerah Ikut Beli dari Petani 
Booth Diskon Tiket KAI di Mini Expo Madiun Diserbu, 521 Seat Ludes Terjual di Hari Pertama

Berita Terkait

Jumat, 10 Oktober 2025 - 17:37 WIB

Sadarestuwati Salurkan Bantuan PIP kepada Dua SD di Mejayan: Ingatkan Orang Tua Tak Salahgunakan Dana

Rabu, 8 Oktober 2025 - 12:07 WIB

Wujudkan Kabupaten Madiun Bersahaja, Pemkab Mantapkan Tata Kelola Pemerintahan Lewat Workshop GRC 2025

Selasa, 7 Oktober 2025 - 20:18 WIB

KAI Daop 7 Madiun Tutup Perlintasan Liar di Jalur Talun–Garum

Jumat, 3 Oktober 2025 - 20:04 WIB

Harga Tomat Anjlok, Pemkab Madiun Siapkan Skema Serapan Panen Petani Kare

Kamis, 2 Oktober 2025 - 23:12 WIB

Tomat, Si Merah Segar dengan Segudang Manfaat untuk Tubuh

Rabu, 1 Oktober 2025 - 20:14 WIB

Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun Tolak Permohonan Ganti Kelamin 

Rabu, 1 Oktober 2025 - 18:58 WIB

Stigma Madiun PKI Salah Besar, Bupati: Kami Justru Korban Pemberontakan 

Rabu, 1 Oktober 2025 - 08:12 WIB

KAI Daop 7 Madiun Salurkan Bantuan TJSL Rp227 Juta untuk Pesantren dan Panti Asuhan

Berita Terbaru

Jawa Timur

KAI Daop 7 Madiun Tutup Perlintasan Liar di Jalur Talun–Garum

Selasa, 7 Okt 2025 - 20:18 WIB

Tomat, salah satu buah yang kaya manfaat bagi manusia. Sumber Foto : pixabay.com

Gaya Hidup

Tomat, Si Merah Segar dengan Segudang Manfaat untuk Tubuh

Kamis, 2 Okt 2025 - 23:12 WIB