MADIUN, NEUMEDIA.ID – Aktivis perempuan dan tokoh masyarakat, Inda Raya, mengkritik pemilihan simbol daster dan bra dalam aksi protes di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Madiun pada Jumat (25/10/2024).
Menurut Inda, penggunaan simbol-simbol yang erat kaitannya dengan atribut perempuan tidak tepat dan berpotensi memperkuat stereotip negatif yang seharusnya sudah ditinggalkan.
“Daster dan bra sangat lekat dengan identitas perempuan, bahkan bra merupakan benda yang bersifat pribadi. Seharusnya kita bisa lebih cermat dalam memilih simbol yang tidak mengarah pada stereotip gender,” ujar Inda, Sabtu (26/10/2024).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Inda menjelaskan bahwa simbol-simbol yang identik dengan perempuan bisa berdampak negatif, menciptakan bias dan pandangan yang kurang tepat terhadap perempuan, serta mencerminkan pola pikir patriarki yang tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat modern saat ini.
“Saya menghormati hak masyarakat dalam menyampaikan kritik terhadap kinerja penyelenggara pemilu, itu adalah hak setiap warga negara. Namun, kritik tersebut tidak seharusnya menggunakan simbol yang berpotensi merendahkan atau melecehkan identitas gender,” jelas Inda.
Ia berharap ke depannya masyarakat lebih bijaksana dalam memilih simbol saat menyampaikan kritik, terutama yang menyangkut identitas gender tertentu.
Menurut Inda, upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender harus terus didorong, termasuk dalam hal simbol-simbol yang digunakan dalam aksi protes.
“Kita tidak lagi hidup di era patriarki, terutama dalam hal penyampaian kritik atau tuntutan. Mari tetap menjunjung prinsip kesetaraan dan keadilan yang tidak merendahkan identitas atau atribut gender,” tambahnya.
Inda Raya menggarisbawahi pentingnya menghormati keberagaman dan mendorong kebebasan berpendapat tanpa mencederai nilai-nilai kesetaraan yang menjadi pijakan bersama dalam masyarakat modern. (ant/red)