MADIUN, NEUMEDIA.ID – Suasana penuh haru menyelimuti Gedung Graha Dewanto, Lanud Iswahjudi, Madiun, Minggu (13/7/2025), saat 270 siswa baru secara resmi diterima dalam upacara serah terima taruna-taruni Angkatan VIII/59 SMA Negeri 3 Taruna Angkasa Jawa Timur. Momen ini menjadi awal perjalanan mereka menjalani pendidikan berasrama yang menekankan pada disiplin, karakter, dan integritas.
Di balik prosesi resmi, banyak kisah emosional terungkap dari para orang tua yang dengan tulus melepas putra-putri mereka. Salah satunya adalah Maksum, orang tua dari Setia Altaf Sanjaya, yang datang dari Jakarta. Ia mengaku tidak ragu menitipkan anaknya di sekolah ini setelah melakukan observasi terhadap sejumlah sekolah sejenis.
“Setelah membandingkan banyak sekolah taruna, kami nilai SMA 3 ini yang paling sesuai. Sistemnya tertata, programnya jelas, dan biayanya masih terjangkau. Saya percaya anak saya akan dibentuk menjadi pribadi yang disiplin dan mandiri,” tutur Maksum, salah satu orang tua taruna.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menyadari bahwa masa basis selama tiga bulan tanpa komunikasi langsung akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan siswa. Namun menurutnya, justru masa itulah titik awal pembentukan karakter.
“Anak-anak di rumah pasti berbeda dengan saat hidup berasrama. Tiga bulan ini ibarat ‘candra dimuka’—masa awal untuk menempa mereka jadi lebih kuat, lebih mandiri, dan punya daya juang tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, Fairuz Firdaus, warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tak bisa menahan air mata saat melepas putranya, Rasya Meka Al-Arkan. Bersama keluarga, ia datang langsung dari Kalimantan untuk mengantar anaknya yang berhasil lolos seleksi bersama tiga teman lainnya dari pondok pesantren di Sidoarjo.
“Saya menangis, walaupun anak saya sudah biasa mondok. Tapi suasana hari ini sangat mengharukan. Harapan saya besar—semoga Allah memberkahi setiap langkah anak saya dan semua taruna di sini,” ungkap Fairuz.
Ia menuturkan bahwa putranya bersama empat temannya diterima secara murni, tanpa jalur khusus. Pilihan bersekolah di SMA Taruna Angkasa pun datang dari keinginan mereka sendiri.
“Saya hanya bisa berdoa agar seluruh komponen sekolah—kepala sekolah, guru, staf—senantiasa diberi kekuatan dalam membimbing mereka. Kami percaya ini sekolah terbaik untuk masa depan anak-anak dan bangsa,” tambahnya.
Kisah serupa datang dari Eko Bandono, warga Paron, Ngawi, yang mengantar putrinya, Maharani Safakonitah. Meski berat melepas sang anak, ia meyakini pilihan ini adalah jalan terbaik untuk masa depan putrinya.
“Tentu ada rasa haru dan kasihan, tapi kami harus tega demi kebaikan anak. Di sini, dia akan dibentuk jadi anak yang disiplin, patuh, dan tangguh secara mental. Tidak pegang HP, jadi bisa fokus belajar,” kata Eko.
Ia pertama kali mengetahui informasi tentang sekolah ini dari media sosial dan cerita teman-temannya. Menurutnya, lulusan SMA Negeri 3 Taruna Angkasa dikenal berkarakter kuat dan menghormati orang tua.
Usai prosesi serah terima, seluruh taruna-taruni langsung dibawa ke lingkungan sekolah untuk menjalani masa basis selama tiga bulan. Selama periode ini, mereka akan tinggal di asrama, mengikuti pelatihan fisik dan mental, serta pengenalan lingkungan sekolah secara intensif. Komunikasi dengan orang tua ditiadakan sementara dan hanya dilakukan melalui wali kelas. (ant/red)