MADIUN, NEUMEDIA.ID – Dulu dikenal sebagai desa terpencil dan termiskin, Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, kini mulai bangkit. Desa yang dikelilingi hutan belantara ini mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam pembangunan infrastruktur dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sumberbendo, Martono, menyebutkan bahwa kemajuan tersebut tak lepas dari transparansi pemerintahan desa dan sinergi kuat antara Pemdes, BPD, serta masyarakat.
“Dulu desa kami ini jalanannya makadam, listrik minim, mau ke desa lain harus lewat hutan. Sekarang banyak jalan sudah di-hotmix, ekonomi warga mulai tumbuh, dan pemerintah desa sangat terbuka dalam pengelolaan anggaran,” ujarnya, Kamis (3/7/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Infrastruktur jalan menjadi faktor utama yang mengubah wajah desa. Selama bertahun-tahun, pembangunan jalan menjadi prioritas, termasuk akses ke lahan pertanian dan jalan antardusun. Martono menyebut, setiap tahun bisa ada pembangunan di belasan hingga dua puluhan titik.
“Sekarang mobil bisa masuk ke pelosok desa. Panen bisa langsung diangkut pakai kendaraan. Dulu semua harus dipikul karena jalannya rusak berat,” katanya.
Perbaikan jalan ini berdampak langsung pada peningkatan produktivitas pertanian, khususnya jagung dan porang yang menjadi andalan warga.
Perubahan infrastruktur membuat hasil panen bisa dijual lebih cepat dan efisien. Tahun ini, harga porang mencapai puncaknya di angka Rp14.000 per kilogram—tertinggi sejak tahun 2005. Masyarakat pun mulai merasakan manfaat ekonomi yang nyata.
“Dulu kita dianggap desa paling miskin. Sekarang desa-desa lain mulai melirik. Pendapatan warga naik, meski rumah-rumah belum semuanya bagus,” tutur Martono.
Ia menambahkan bahwa setelah adanya aturan baru soal alokasi 20% dana desa untuk ketahanan pangan, Pemdes dan BPD berinisiatif mengalihkan fokus dari pembangunan fisik ke program pemberdayaan melalui peternakan.
“Kita sedang siapkan program penggemukan sapi, kambing, dan unggas. Sistemnya bagi hasil: 70% untuk warga, 30% untuk desa. Tujuannya agar ekonomi warga makin kuat,” terangnya.
Program ini didanai dari alokasi sekitar Rp284 juta dan mulai dijalankan bulan depan. Sistem pendampingan, kerja sama dengan mantri hewan, serta pengawasan akan diperkuat untuk menghindari kegagalan program seperti hibah di masa lalu.
Selain sektor ekonomi, Desa Sumberbendo juga membidik sektor wisata sebagai potensi masa depan. Wisata alam Pancur Pitu yang berada di Dusun Oro Waru akan kembali diaktifkan. Di lokasi tersebut terdapat kolam renang alami dan pemandangan khas pegunungan yang mulai ramai dikunjungi saat ada kegiatan sekolah.
“Dulu pengelolanya aktif, tapi setelah beliau wafat, wisata itu sempat mati suri. Sekarang kami rintis lagi agar bisa jadi destinasi desa,” ujar Martono.
Sebagai desa yang berada di perbatasan Kabupaten Madiun dan Bojonegoro, Martono berharap perhatian lebih dari Pemkab, terutama dalam mendukung program pengembangan ekonomi dan peningkatan kapasitas SDM.
“Kami sudah punya pemerintahan desa yang terbuka dan lembaga yang aktif. Tinggal butuh dukungan dari atas agar desa kami benar-benar bisa lepas dari cap desa miskin,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sumberbendo, Suprapto, mengungkapkan bahwa dirinya memiliki harapan besar agar masyarakat bisa hidup lebih sejahtera, mandiri secara ekonomi.
Suprapto mengaku ingin setiap keluarga di Desa Sumberbendo memiliki pendapatan yang layak, pekerjaan yang produktif, serta akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai.
“Saya bahkan punya mimpi besar — saya ingin menjadikan Desa Sumberbendo sebagai desa miliarder. Bukan dalam arti berlimpah uang semata, tapi desa yang kaya inovasi, kaya potensi, dan kaya semangat warganya dalam membangun masa depan yang lebih baik, ” ungkapnya.
Desa Sumberbendo kini bukan lagi cerita tentang keterpencilan, tetapi tentang perubahan. Dengan komitmen, keterbukaan, dan program yang menyentuh kebutuhan riil warga, desa ini perlahan menulis ulang narasi: dari keterbelakangan menuju kemandirian. (ant/red)